FilmTendangan Dari Langit ini di harapkan bisa menjadi motivasi bagi generasi muda Indonesia yang ingin maju sebagai pemain sepakbola dan juga mencoba menghadirkan harapan terhadap kesuksesan persepakbolaan di Indonesia yang kini sedang berjuang keras untuk bisa lolos ke Piala Dunia 2014. "Kita memimpikan Indonesia masuk Piala Dunia. Itu kebanggaan yang besar untuk negeri ini," ujar Hanung
Sayatak salah memilih film Tendangan dari Langit ini untuk saya tonton bersama keluarga saya. Ketika hari pertama lebaran, sesudah shalat Ied di Sabilal, dan silaturrahim ke rumah mertua dan sanak famili lainnya di Banjarmasin, saya membawa istri dan dua anak saya (3 tahun dan 7 tahun) mengayunkan tujuan ke Duta Mall.
tentangbagaimana makna dibangun dalam "teks" media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna. Sobur (2004:44) menyatakan semiotika Film "Tendangan Dari Langit" memuat pesan-pesan bertema kerja keras pantang menyerah. Pribadi pekerja keras menganggap sesuatu yang
Pengertianteks ulasan adalah teks yang berisi review terhadap suatu karya berupa film, buku, novel dan sebagainya untuk mengetahui kualitas, kelebihan serta kekurangan yang dimiliki karya tersebut dan ditujukan untuk khalayak ramai. Adapun struktur teks ulasan ada 4 bagian. Penjelasannya sebagai berikut:
Resensi Tendangan dari Langit. Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel. Saat pertama kali saya masuk ke bioskop dan membeli tiket, ekspektasi saya sebetulnya tidak terlalu tinggi. Saya pikir Tendangan Dari Langit (TDL) hanya akan menjadi film anak-anak tentang olahraga, seperti King atau Garuda di Dadaku, yang menyenangkan ditonton -tapi
Analisis Isi Pada Film "Tendangan Dari Langit" karya Hanung Bramantyo) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1) M. IFANI ANDRIK 201110040311310 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
Padapenulisan teks ulasan, para penulis menginterprestasikan sebuah opini yang sesuai dengan fakta. Fakta tersebut diungkapkan dari karya film yang tersedia di sana. Sehingga dalam melakukan penulisan teks ulasan, harus sesuai dengan karya yang film yang ada. Berikut adalah contoh teks ulasan film Di Balik '98.
Jakarta- Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malaranggeng baru saja nonton bareng film 'Tendangan dari Langit' garapan Hanung Bramantyo di XXI FX Plaza, Jakarta, Rabu (7/9/2011). Menurutnya, film tersebut bisa menjadi motivasi untuk timnas Indonesia. "Bagus sekali untuk memotivasi timnas kita," ujar Andi dalam konferensi pers yang didampingin Hanung (sutradara), Djohar Arifin Husein (pelatih
Padateks ulasan film, penilaian atau analisis terhadap film ditulis pada bagian evaluasi. Di dalam teks yang disajikan tersebut, terlihat adanya penilaian terhadap tema dan pengambilan gambar pada film 99 Cahaya di Langit Eropa. Dengan demikian, teks tersebut paling tepat ditulis pada bagian evaluasi.
Setelahmenonton film 99 Cahaya Di Langit Eropa ini, kami sangat terkesan melihat perjalanan sepasang tokoh yang selalu berjuang untuk memperoleh kesuksesan. kesuksesan dalam hal ini dimaksudkan pada kesuksesan meraih prestasi dalam pendidikan, pengetahuan,dan sejarah islam di eropa. Selain dari pada itu, yang membuat kesan mendalam dari film
BvfGH. Jakarta - Wahyu Yosie Kristanto, remaja 16 tahun yang tinggal di Desa Langitan di lereng gunung Bromo adalah pemain sepakbola yang berbakat. Dia bahkan sudah bisa mencari uang dari bakatnya itu, dengan bermain untuk tim sepakbola kampungnya. Tapi, kecintaannya pada sepakbola ditentang oleh Darto Sujiwo Tejo sang ayah yang belakangan diketahui juga seorang pemain sepakbola berbakat. Darto yang sempat hancur mimpinya karena cidera kaki pada saat try out untuk klub sepakbola Persema Malang tak ingin anaknya sakit hati karena mimpinya hancur pula. Maka film ini pun bercerita soal bagaimana Wahyu mengejar mimpinya dan meyakinkan sang ayah yang Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan, dua pemain Persema sepertinya dalam rangka menarik minat lebih banyak penonton khususnya penggemar mereka karena ternyata penampilan mereka di film ini kurang signifikan, tak digambarkan dengan kuat sebagai tokoh yang jadi inspirasi bagi Wahyu. Film lokal yang cukup baru dan temanya seperti ini juga adalah Garuda di Dadaku 2009, hanya saja film karya Hanung cerita digarap Hanung bersama Fajar Nugroho ini lebih menarik. Secara visual saja, Tendangan dari Langit sudah memberikan suguhan yang sangat menghibur mata. Setting di lereng Gunung Bromo akhirnya menghasilkan pemandangan yang indah—apalagi Faozan Rizal, Director of Photography yang ternama bertanggung jawab di sini. Yosie yang didapat dari proses audisi menunjukkan aktingnya yang luwes—serta paling penting, dia membuat kita yakin bahwa dia memang layak memerankan anak yang jago bermain sepak bola—sehingga tak jomplang dengan akting bintang kawakan lainnya macam Agus Kuncoro yang jadi pamannya, maupun Sujiwo Tejo yang bermain memikat dan beberapa kali meneriakkan jancuk’ di film followers dia di Twitter pasti akan senang mendengar ini, karena Tejo terkenal sebagai Presiden Jancukers. Film ini punya paket hiburan yang lengkap membuat tertawa di beberapa bagian entah karena dialog yang memang kocak atau karena karakter yang kuat macam Sujiwo Tejo sedikit gerakannya pun bisa mengundang tawa, menyuguhkan manisnya percintaan dua remaja sehingga yang remaja bisa ada kedekatan psikologis dengan cerita dan yang pernah remaja bisa mengingat kembali asmara masa remaja, mengharukan di bagian Wahyu dan bagaimana usahanya membahagiakan sang ayah dengan memberinya hadiah, mengundang senyum di bagian kisah tiga sahabat chemistry di antara para pemainnya patut diacungi jempol padahal Yosie tak diberi waktu lama untuk mengenal Joshua Suherman dan Jordi Onsu, hingga membuat merenung ketika sampai di bagian kisah klasik orang tua dan anak yang merasa paling tahu apa yang terbaik bagi sang ada yang sedikit mengganjal di film ini adalah bagian soal lutut Wahyu dan penyelesaiannya kemudian yang tentu saja tak bisa saya ceritakan di sini. Meski sudah banyak film yang bercerita soal beratnya mengejar mimpi ataupun film yang kental dengan atmosfer olahraga dan meski judulnya agak norak, Tendangan dari Langit akan membuat Anda keluar bioskop dengan senyuman. ich/ich
Paragraf pembuka resensi terdapat pada paragraf nomor 2. Berikut adalah pembahasannya. Struktur resensi adalah sebagai berikut. 1. Judul berisi cerminan isi resensi, pembuatan judul haruslah menarik dan menjiwai isi tulisan. 2. Identitas karya meliputi judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal halaman, tebal buku, pemain, sutradara, bergantung karya apa yang akan dibahas. 3. Orientasi berupa gambaran umum mengenai karya bisa keutamaan karya sastra yang diulas atau penjelasan mengenai karya yang akan dibahas. 4. Sinopsis berupa ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis mengenai karya sastra. 5. Analisis berupa pengamatan yang diberikan penulis mengenai kekurangan dan kelebihan karya. 6. Penutup berisi alasan mengapa buku tersebut ditulis atau kepada siapa buku itu ditujukan. Bisa juga berisi rekomendasi dari penulis kepada pembaca mengenai buku tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut, bagian pembuka dalam resensi adalah identitas karya. Bagian tersebut terdapat pada paragraf nomor 2. Hal tersebut ditandai dengan pengenalan sutradara dan tema film yang diusung, seperti pada kalimat "Tendangan Dari Langit, merupakan film kedua dari Hanung Bramantyo pada tahun 2011 ini." Dengan demikian, paragraf pembuka resensi terdapat pada paragraf nomor 2.
Saya tak salah memilih film Tendangan dari Langit ini untuk saya tonton bersama keluarga saya. Ketika hari pertama lebaran, sesudah shalat Ied di Sabilal, dan silaturrahim ke rumah mertua dan sanak famili lainnya di Banjarmasin, saya membawa istri dan dua anak saya 3 tahun dan 7 tahun mengayunkan tujuan ke Duta Mall. Saat tiba, jam baru menunjukkan pukul WITA. Menurut petugas, mall baru dibuka pukul namun sudah banyak pengunjung yang datang. Tepat pukul pintu mall dibuka. Kami segera menuju ke Studio 21. Dari 8 film yang ditayangkan, saya memilih TDL, dan seperti yang telah saya sebut di atas, ini merupakan pilihan yang tepat Cocok buat kami orangtua dan cocok buat anak-anak saya padahal saat itu film Di Bawah Lindungan Ka'bah juga sedang diputar. Tapi, karena pertimbangan anak-anak, saya harus memilih TDL. TDL merupakan film yang komplit, ada suka, sedih, dan juga lucu. Bukan sekadar film tentang bola, tapi juga tentang persahabatan yang indah, tentang cinta anak dan orangtua, tentang cita-cita, tentang optimisme, dan juga..... politik walau dalam skala kecil. Kalian dapat menyaksikan bagaimana indahnya persahabatn Wahyu Yosie Kristanto, Indah Maudy Ayunda dan Meli Natasha Chairani, serta Purnomo Joshua, si penyair dan Jordy yg kocak maaf saya lupa nama tokoh yg dia mainkan. Keindahan itu bisa kalian saksikan ketika Indah mau hadir atas permintaan Wahyu di pertandingan bola antardesa. Belakangan, ketika Indah meminta Wahyu untuk hadir di Balai Kota dalam Lomba Debat Bahasa Inggris mewakili sekolah, Wahyu terlambat datang gara-gara menolong anak-anak bertampang Indo yang dikejar anak-anak lain dan mengantarkan mereka pulang ke rumahnya. Ternyata kedua anak yang ditolong Wahyu itu adalah anak Timo, pelatih Persema Malang. Dari sini, mimpi Wahyu dimulai. Namun, ganjarannya, Indah tidak konsentrasi bertanding karena mencari-cari wajah Wahyu di antara penonton, dan hanya juara dua yang didapat. Indah marah, dan minta tak mau lagi ditemui oleh Wahyu. Begitu pula bagaimana indahnya dukungan dari kedua teman Wahyu Joshua dan Jordy. Mereka merupakan teman-teman Wahyu yg setia. Mereka pulalah yang membesar-besarkan berita bahwa Wahyu mengikuti Try Out di Persema. Try Out-nya memang benar tetapi cerita yang diumbar Joshua dan Jordy yang dilebih-lebihkan. Kalian dapat lihat bagaimana tingkah Joshua bercerita kepada teman sekolah dan kampungnya tentang Wahyu dengan gayanya yang sok penyair lihat di Thriler 2 menit ke dan tingkah Jordy sebagai Mitro??? yang kocak yang mengatakan bahwa Wahyu selalu menelepon dirinya tiap hari dan mengatakan sedang makan bareng sama Irfan Bachdim Lihat di Thriler 2 menit ke Beberapa adegan mereka ketika di kelas, juga tak kalah serunya. Kalian bisa bergelak tawa ketika pelajaran Wahyu ditanya oleh gurunya tentang arti "Don't look the book from the cover." Wahyu dengan polosnya menjawab "Jangan lihat buku dari covernya, Bu." Sontak saja, rekan-rekan di kelasnya tertawa-tawa, termasuk Indah. Wahyu diceritakan memang tak pandai dalam pelajaran Ia percaya saja ketika mengetuk pintu kamar Indah untuk sekadar menanyakan apa arti kalimat di poster Irfan Bachdim yang ia dapatkan dari pelatih Persema tersebut. Indah yang masih marah gara-gara Wahyu terlambat datang di acara Debat itupun menjawab "Jangan pernah temui aku lagi" tulisan di posternya sih kurang lebih "Don't ever give up" Sebagaimana cerita pada umumnya, konflik selalu ada. Konflik yang nyata adalah bagaimana bencinya ayah Wahyu diperankan oleh Sujiwo Tejo keika mendengar anaknya itu ternyata memilih bermain bola daripada menemaninya jualan. Sepatu bola Wahyu dibakar. Kesedihan pun dimulai. Namun Wahyu merupakan anak yang berbakti, ia lalu meminta maaf pada ayahnya ini sungguh adegan yg mengharukan, lho. Adegan haru lainnya adalah ketika Wahyu lagi-lagi bermain bola atas bujukan Agus Kuncoro yg memberi iming-iming hadiah yg lebih besar agar bisa membelikan sesuatu untuk ayahnya. Ketika masih di lapangan bola desa yang juga ada warung kopinya, Wahyu sempat menanyakan alasan mengapa ayahnya sangat benci dengan sepakbola kepada Agus Kuncoro, tiba-tiba ayah Wahyu datang. Ia mengamuk, berkelahi dengan Agus dan menampar Wahyu hingga terpelanting. Meredam kemarahan ayahnya, Wahyu lalu berjanji tidak akan lagi bermain bola. Dan kemudian, memberikan seekor kuda kepada ayahnya, hadiah yang ia dapat karena memenangkan klubnya. Ayah Wahyu terdiam ketika adegan ini, penonton dibuat tertawa dengan adegan tukang warung yg sembunyi di balik warungnya, ketakutan melihat amarah ayah Wahyu. Sejak mendapat kuda, ayah Wahyu berubah ceria, dan tak pernah murung lagi Oh, ya... Kalian cari tahu sendiri, apa alasan ayah Wahyu begitu benci dengan bola, tonton saja sendiri. Dan berikutnya, kalian akan merasakan bagaimana hangatnya ayah dan anak ini menjalani hidup selanjutnya. Kalian akan rasakan keharuan ketika Wahyu menanyakan kepada ayahnya, mana yang dipilih cinta ataukah sepakbola. Cerita ini juga dibumbui politik menurut pendapat saya, sekadar istilah saja. Sebagai seorang pelatih klub sepakbola di desanya, tokoh yg dimainkan oleh Agus Kuncoro, hanya menggunakan tenaga Wahyu untuk dibayar memenangkan prtandingan sehingga dapat mendongkrak popularitas pemilik klub untuk dapat dipilih lagi dalam pemilu kepala desa. Agus Kuncoro juga sempat berusaha memanfaatkan momen Wahyu dipanggil mengikuti Try Out di Persema untuk numpang nge-TOP walaupun sebenarnya orangnya baik dan berjasa juga bagi Wahyu. Konflik memuncak ketika pelatih Timo menyatakan Wahyu tak lolos Try Out karena dari hasil pemeriksaan medis, ada kelainan di lutut kanan Wahyu. Ayah Wahyu marah besar, sementara Wahyu meringkuk di kamarnya menahan kesedihan sambil mendengar celotehan dan amukan ayahnya. Sedangkan ibunya hanya terdiam dengan kesedihan yang tak terkira. Namun, setelah sadar, ayah Wahyu kemudian meminta maaf kepada Wahyu dan berusaha membesarkan hati anaknya. Di tengah keterpurukannya, Wahyu bangkit. Tak lagi sedih melihat keakraban Indah dengan Hendro diperankan Giorgino, teman sekelasnya dan Indah. Ia kembali bermain bola, antarkecamatan. Dan Agus Kuncoro sangat senang atas kenyataan itu. Ketegangan kembali datang ketika Wahyu mengalami cedera dalam pertandingan namun ia ditolong oleh psikoterapis Persema, Matias Ibo, Irfan Bachdim, dan Kim Kurniawan yang datang tepat waktu. Mereka datang hendak menyampaikan pesan Timo bahwa kelainan di lutut Wahyu dapat disembuhkan asal ditangani secara profesional. Menonton film ini, dijamin kening kalian tidak akan berkerut. Kalian tidak akan pulang membawa kehampaan karena ending cerita yang bahagia happy ending, bukan ending terbuka open ending. Selain mata kita yang dimanjakan oleh indahnya panorama gunung Bromo, akhir cerita TDL sungguh membahagiakan. Tidak ada dendam dari Hendro yg belakangan dekat dengan Indah karena akhirnya Indah lebih memilih Wahyu tak ada sikap antagonis berlebihan seperti sinetron2 remaja pada umumnya - huh bete ngeliat yg begituan. Tidak ada lagi sikap antipati ayah Indah diperankan Tarzan terhadap Wahyu. Semuanya mendukung Wahyu dan berangkat ke stadion menonton Wahyu bertanding bersama Persema.... Berikut bonus thriler Film Tendangan Dari Langit THRILER 1THRILER 2 Sumber Video Youtube Sumber foto Sinemart